PADA RINDU
(I)
(I)
hujan deras tadi sore, masih ada sisa di halaman. genangan yang berkecipak saat seekor katak melompat meneguk beberapa tetes. seekor kucing mengamati diam-diam di teras sebuah kostan. heran campur penasaran
siapakah yang melompat-lompat dalam kegelapan. sesekali menengadah pada wajah bulan. yang tepinya dihiasi garis-garis pelangi. hampir purnama ia
kekasih
berlembar-lembar kata telah aku tulis di udara. bercerita, berharap, pun memusatkan puja. rindu, rasa, dan cinta yang kau tetaskan di dalam dada. betapa tak pernah bisa aku pindahkan ke kertas dan pena
berlembar-lembar kata telah aku tulis di udara. bercerita, berharap, pun memusatkan puja. rindu, rasa, dan cinta yang kau tetaskan di dalam dada. betapa tak pernah bisa aku pindahkan ke kertas dan pena
kekasih
rerumputan hikmad dengarkan angin membaca ayat semesta. tafakur mengeja hening dan sinar purnama. bergoyang sama'i dalam simponi puja. tanpa kata
rerumputan hikmad dengarkan angin membaca ayat semesta. tafakur mengeja hening dan sinar purnama. bergoyang sama'i dalam simponi puja. tanpa kata
kekasih
pertemuan adalah tetes hujan mencuci gersang bumi. menyeduh dan luruh segala makna yang dibuat cuaca. pertemuan adalah jendela memejam manja dicium purnama. raya semesta
pertemuan adalah tetes hujan mencuci gersang bumi. menyeduh dan luruh segala makna yang dibuat cuaca. pertemuan adalah jendela memejam manja dicium purnama. raya semesta
kekasih
o...
Jember, 19 Mei 2016
22.29 wib
22.29 wib
BERAPA YANG BERSISA
seberapa detik yang masih bersisa
dalam pusaran arus semesta
duka, samsara, pun airmata
hampir mengering dalam jubah usia
jarak hampir tak pernah terpangkas
dalam pusaran arus semesta
duka, samsara, pun airmata
hampir mengering dalam jubah usia
jarak hampir tak pernah terpangkas
beda adalah ruang rahasia di tiap helai rambut
yang berderai tertiup angin
pada malam yang pelan larut
warnanya mengabur
hitam pekat
makin berkarat
yang berderai tertiup angin
pada malam yang pelan larut
warnanya mengabur
hitam pekat
makin berkarat
angin yang bermain di jendela
menggeser daun-daun melati
memilinnya dalam sajak rindu
abadikan desah nafas paling tua
cinta tanpa kata
menggeser daun-daun melati
memilinnya dalam sajak rindu
abadikan desah nafas paling tua
cinta tanpa kata
seperti awal mula rasa itu dicipta
kemudian dimasukkan dalam jiwa
kemudian dimasukkan dalam jiwa
berapa detik yang masih bersisa
kekasih
O....
Jember, 15 Mei 2016
17.00 wib
17.00 wib
KEMANA HARUS BERLABUH
(part II)
(part II)
kekasih
sampai hari ini masih saja aku belum mampu menyebut namamu dengan seluruh tubu. mulutku lebih terbiasa lafadzkan dunia yang fana. lidahku lebih terbiasa menumpahkan serapah. kata yang hambur hanyalah ludah dan sampah
sampai hari ini masih saja aku belum mampu menyebut namamu dengan seluruh tubu. mulutku lebih terbiasa lafadzkan dunia yang fana. lidahku lebih terbiasa menumpahkan serapah. kata yang hambur hanyalah ludah dan sampah
jangankan memuji wajahmu, mengingatmu saja, aku masih diselingi tawa. seperti anak kecil yang bermain di tengah gerimis, aku memilih menikmati rinainya dibandingkan kesejukannya. aku lebih memilih bermain becek lumpur dan genangan air
jangan meminta, menyadari hadirku, adamu, dan senyummu saja aku terus saja tertatih. sesekali aku terbangun dalam labirin bernama putus asa, di saat itu pula kau bisikkan di telinga. jarak hampir sampai di muara. cahaya menghidupi segala rasa
kekasih
bagaimana bisa aku yang lima kali sehari berjanji: hidupku, matiku, dan seluruh diriku hanya untukmu. tapi terus saja mengejar bayang-bayang masa lalu. berlari terburu-buru mengejar kereta tanpa pintu dan jendela. yang kunamakan saja ia cita-cita
bagaimana bisa aku yang lima kali sehari berjanji: hidupku, matiku, dan seluruh diriku hanya untukmu. tapi terus saja mengejar bayang-bayang masa lalu. berlari terburu-buru mengejar kereta tanpa pintu dan jendela. yang kunamakan saja ia cita-cita
lantas, ke mana jiwaku harus berlabuh
karena kau begitu penuh
karena kau begitu penuh
O...
Jember, 3 Mei 2016
15.35 wib
15.35 wib