PRAHARA TANAH LELUHUR (naskah teater)
20.14.00
PRAHARA TANAH LELUHUR
Naskah
Karya: Rahman El Hakim
Babak
I
(lighting perlahan menyala warna
kuning, merah, hijau, semakin lama semakin terang)
Tari “Nambang
Pasir”
(tiba-tiba suasana tegang
terbangun)
|
||
1
|
Preman
|
Bubar…! Bubar…!
|
2
|
Rakyat
|
Hei…! Kalian ini siapa? Nyuruh kami
bubar seenaknya?
|
3
|
Preman
|
Hei… orang-orang bodoh! Daerah ini
sudah dibeli oleh Tuan Dimas Taat Pribadi untuk dijadikan tambang…
|
4
|
Rakyat
|
Apa…?! Sudah dijual? Siapa yang
menjual? Kenapa kami tidak tahu? Terus… kami bagaimana?
|
5
|
Preman
|
Sekarang… bubar! Bubar…!
(mengusir
penduduk dengan kekerasan)
|
6
|
Rakyat
|
Aduh…! Aduuuhhh…!
(keluar
panggung)
|
Babak
II
(lighting berubah dari warna
dominan merah kuning ke arah kuning biru, semakin lama semakin terang)
Rumah Suto
(lighting menyorot sosok
perempuan muda)
|
||
7
|
Minah
|
(Minah
masuk, kemudian mulai menjemur cucian sambil nembang)
Yen
ing tawang ono lintang, Kang Mas
Aku
ngenteni tekomu
Marang
mego ing angkoso, Kang Mas
Sun
takokke pawartamu
……
|
Lighting dipenuhi warna kuning,
merah, dan biru…
(suasana romantis) |
||
8
|
Suto
|
Hhhhmmm… hhhmmmm… (muncul dengan batuk kecil)
|
9
|
Minah
|
Kakang… (menyambut Suto dengan tersipu)
|
10
|
Suto
|
Ada apa, Nah? Tumben nembang seperti
itu?
|
11
|
Minah
|
Entahlah, Kang… aku kangen nembang,
kangen masa-masa dulu masih pacaran sama Kakang…
|
12
|
Suto
|
Ah… Minah… Minah… apa kau juga
merasakan apa yang jadi beban pikiranku?
|
13
|
Minah
|
Kang… ada apa? Kok mukamu lusuh
seperti itu? Apa yang jadi beban pikiran, Kakang?
|
14
|
Suto
|
Ah… tidak ada apa-apa. Hanya saja…
|
15
|
Minah
|
Hanya saja apa, Kang? Kakang sudah
tidak percaya lagi sama, Minah?
|
16
|
Suto
|
Bukan begitu… aku tidak ingin
membuatmu khawatir. Aku belum bisa membahagiakanmu, tapi seringkali aku
menyusahkanmu…
|
17
|
Minah
|
Kakang…
|
(lighting kuning, dan merah yang
dominan)
Suasana
tegang terbangun berlahan
|
||
18
|
Rakyat
|
(tiba-tiba
muncul dua orang…)
Kang…! Kang Suto…!
|
19
|
Suto
|
Ada apa? Kenapa kalian?
|
20
|
Rakyat
|
Gawat, Kang…
Ada beberapa orang yang mengusir
penduduk yang menambang pasir di sungai! Katanya daerah ini telah dikuasai oleh
Tuan Dimas Taat Pribadi…
|
21
|
Suto
|
Ah, akhirnya… terjadi juga peristiwa
ini…
Tuhanku…
|
22
|
Minah
|
Kang… ada apa sebenarnya?
|
23
|
Suto
|
Minah dan kalian semua… sebenarnya, telah
diberlakukan aturan penghentian penambangan. Penduduk dianggap melakukan
tindakan yang melanggar hukum. Tapi rupanya… ada beberapa pihak yang
memanfaatkan keadaan ini untuk kepentingannya sendiri…
|
24
|
Rakyat
|
Terus bagaimana, Kang? Apa yang akan
kita lakukan?
|
25
|
Suto
|
Selama hayat dikandung badan, kita
tidak akan menyerahkan tanah leluhur ini kepada siapa pun!
|
26
|
Minah
|
Kakang…
|
27
|
Suto
|
Minah… inilah jalan hidup yang telah
dipilih suamimu. Kau harus tabah dan mengerti…
|
28
|
Minah
|
Kakang… Minah mengerti dan akan
mendukung semua keputusan, Kakang…
|
29
|
Suto
|
Kalian semua… kumpulkan penduduk di balai
desa. Kita akan menuntut hak kita terhadap tanah leluhur kita…
|
Babak
III
(lighting berubah dari warna
dominan merah kuning ke arah kuning biru, semakin lama semakin terang)
Rumah Tuan
Dimas Taat Pribadi…
|
||
30
|
Tuan
Dimas
|
(masuk
dengan wajah gelisah dan seperti menunggu sesuatu)
Ke mana mereka? Hhhhh… dasar…! Hhhh…
(tiba-tiba
masuk dua orang preman)
Bagaimana hasil kerja kalian?
|
31
|
Preman
|
Beres, Tuan…
Kami telah mengusir mereka seperti
yang Tuan perintahkan… Orang-orang bodoh itu ketakutan dan pulang ke rumahnya
masing-masing…
|
32
|
Tuan
Dimas
|
Bagus…! Bagus…! Kalian memang anak
buahku yang paling baik…
|
33
|
Iyem
|
Kangmas… aku tidak setuju dengan
tindakan kangmas…
|
34
|
Tuan
Dimas
|
Kenapa, Yem? Harusnya kamu ikut
gembira, karena suamimu akan jadi penguasa daerah ini!
|
35
|
Iyem
|
Kangmas… tempat ini adalah tanah
leluhurku. Semua penduduk daerah ini adalah teman bermainku ketika kecil. Aku
tidak akan membiarkan kangmas menyengsarakan mereka?
|
36
|
Tuan
Dimas
|
Kau tahu apa? Tugasmu hanya ngurus
dapur-sumur-kasur! Jangan ikut campur urusanku!
|
37
|
Iyem
|
Kangmas… aku tidak akan membiarkan
kangmas berbuat seperti itu. Aku tahu siapa, Kangmas… (berbalik menghadap kedua orang preman)
Dan kalian… kalian yang telah
menggiring dan menjadikan suamiku seperti ini. Pergi! Pergi kalian dari rumah
ini! Pergi…!
|
38
|
Preman
|
Tapi… tapi...
|
39
|
Iyem
|
Pergi kataku…!
|
40
|
Tuan
Dimas
|
Kurang ajar! Plaaakkk! (Tuan Dimas menampar Iyem)
|
41
|
Iyem
|
Kangmas…!
|
42
|
Tuan
Dimas
|
Dasar perempuan tak tahu diuntung!
Pergi kau dari rumah ini! Aku tidak sudi melihatmu di sini! Pergi…!
|
43
|
Iyem
|
Kangmas…! (Iyem berlari pergi dari rumah itu…)
|
44
|
Tuan
Dimas
|
Aku tidak mau urusan dan keinginanku
dihalangi oleh siapapun! Kalian dengar itu!
|
45
|
Preman
|
Iyyyaaa, Tuan… (gugup dan ketakutan)
|
46
|
Preman
|
Baik, Tuan… (Keduanya kemudian pergi)
|
47
|
Tuan
Dimas
|
Suto… aku tahu, kau pasti akan
melawanku…
Aku sudah menunggu selama
bertahun-tahun untuk membalaskan dendamku padamu….
(keluar
diikuti Preman…)
|
Babak
IV
Balai pertemuan…
|
||
48
|
Suto
|
Saudara-saudaraku… kita lahir dan
tumbuh di tempat ini. Kita minum air, menghirup udara, menikmati kesuburan,
dan kekayaan alam daerah ini. Daerah yang telah diwariskan oleh
leluhur-leluhur kita sejak beratus-ratus tahun yang lalu…
|
49
|
Rakyat
|
Benar…! Benar…! Kita harus
mempertahankan daerah ini. Kita harus melawan…! Kita harus melawan…! Selama
nyawa masih melekat di badan, kita tidak akan menyerahkan tanah leluhur ini
kepada siapa pun…
|
50
|
Suto
|
Saudara-saudaraku… kita harus bersama-sama
melawan pihak yang akan merebut dan menguasai daerah ini demi kepentingan
mereka sendiri…
|
51
|
Rakyat
|
Aku rasa kita harus mendatangi rumah
Tuan Dimas keparat itu! Kita tidak tinggal diam…! Kita harus bergerak
mendahului mereka…
|
(lighting
berubah dengan cepat merah, biru, kuning)
Tuan
Dimas Taat Pribadi muncul dengan para pengawalnya…
|
||
52
|
Tuan
Dimas
|
Tidak perlu kalian mencariku! Aku
sudah tahu kalau kalian berkumpul di tempat ini!
|
53
|
Suto
|
Hentikan, Dimas. Aku sudah tahu bahwa
kau yang berada di balik semua peristiwa ini.
|
54
|
Tuan
Dimas
|
Suto… tahukah kau, aku merancang semua
ini bertahun-tahun. Kau yang menyebabkan aku tidak bisa menikahi Minah, dan kau
juga yang menyebabkan keluargaku terusir dari daerah ini…!
|
55
|
Suto
|
Dimas… semua itu adalah urusan pribadi
kita berdua. Kenapa kau melibatkan semua penduduk?
|
56
|
Tuan
Dimas
|
Siapa pun yang membela dan mengikutimu
harus menderita! Aku tidak peduli penduduk daerah ini menderita atau apapun! Hei…
oang-orang bodoh! Ada dua pilihan bagi kalian: Pergi atau mati!
|
57
|
Suto
|
Kau sudah gila, Dimas!
|
58
|
Rakyat
|
Kurang ajar…! Kau tidak bisa seenaknya
sendiri, Dimas…
|
(lighting
berganti-ganti merah, kuning, dan biru dengan cepat)
Perang
(keributan) antara penduduk dengan pengawal Dimas Taat Pribadi
“Suto bertarung melawan anak buah
Tuan Dimas”
|
||
59
|
Tuan
Dimas
|
Suto… terimalah takdirmu…!
(Dimas
menusuk Suto)
|
60
|
Minah
|
Kakang… (menangis)
(ilustrasi
lagu “Gugur Bunga” perlahan lirih terdengar)
Jangan tinggalkan Minah, Kang…
|
61
|
Suto
|
Jangan menangis, Minah… Maafkan Kakang
yang tidak bisa membahagiakanmu… Tersenyumlah Minah…
Kakang ingin kau… ah… (Suto mati dengan senyum di wajahnya)
|
62
|
Minah
|
Kakang…!
Kalian semua… dengarlah…!
Suto, suamiku boleh mati, tetapi perjuangannya
akan terus hidup di dalam hatiku dan hati penduduk yang ada di daerah ini.
Kami tidak akan pernah berhenti memperjuangkan hak-hak kami terhadap tanah
leluhur ini…
|
Beberapa
penduduk menggotong mayat Suto keluar panggung
Semua
tertunduk merenung, masing-masing hanyut dalam nyanyian tanpa nada
|
SEPERTINYA
SELESAI
Bondowoso, 1 Oktober 2016
09.45 wib
ketika mata bertemu mata
jungkir balik duniaku
di hatimu
TEAM PRODUKSI
PRAHARA TANAH LELUHUR
Penanggung
jawab : Wali Kelas XII
IPA 1
Produser :
Kelas XII IPA 1
Naskah
Karya :
Rahman El Hakim
Sutradara :
Prodio Krety Asyera
Peñata
Musik :
Miranda Rizki Aulia
Penata
Tari :
Nilam Wahidah
Penata
Cahaya :
Rizal Busthomi
Penata
Kostum :
Riza Lutfiani
Make-up :
Pricessa Vlendilla
Penata
Artistik :
Destiyar Ikhwan Maulana
Actor :
1. Rizal
Kurniawan sebagai
Suto
2. Mutiara
Garnet Rahmani Ahmad sebagai Minah
3. Jovan
Adi Nugraha sebagai Tuan Dimas
4. Gita
Anggraini Wijaya sebagai Iyem
5. Nilam
Wahidah sebagai
Rakyat 1
6. Destiyar
Ikhwan Maulana sebagai Rakyat 2
7. Milang
Akbar Winasis sebagai Rakyat 3
8. Rio
Sandiana Putra sebagai
Rakyat 4
9. Muhammad
Fany Wanda A. sebagai Rakyat
5
10. Moch.
Roby Yanto sebagai
Preman 1
11. Rizal
Bustomi sebagai Preman
2
Di
dukung oleh :
12. Albi
Muhammad Fajrin
13. Arensya
Wigiatama
14. Brigitha
Tyas Pradani
15. Cintara
Edinda A. L.
16. Dian
Husniati
17. Diki
Maulana Rochman
18. Dinda
Ulfatul Maula Rachmad
19. Dindin
Aldila Kustantia
20. Fajar
Bintang Prayoga
21. Firda
Wahyu Puspita Sari
22. Fitrah
Ramadhan Rusdi
23. Hafidha
Turrahmaniyah
24. Hijriyan
Alfansyah Putra
25. Iftitah
Sukma Lestari
26. Iqbal
Mubarok
27. Miranda
Rizki Aulia
28. Nuriani
Dewi Novianti
29. Princessa
Vlendilla
30. Milang
Akbar Winasis
31. Regitha
Aryanti Putri
32. Riski
Rahmawati Ulya
33. Riza
Lutfiani
34. Sandi
Diky Purnama
35. Sela
Nengsi Anggraini
36. Siti
Arofah
37. Sukma
Ayundedxda Safitri
*Di pentaskan di Auditorium Cempaka Hotel Jember
0 komentar