MEMBACA DIRI SENDIRI (I)
19.50.00
sangat sering aku mengucapkan sesuatu sebagai "tidak boleh, haram, jelek, tidak bermanfaat," bahkan bid'ah, dan dengan sengaja mengatakan syirik kepada sesuatu hal yang aku sendiri tidak bisa lepas darinya.
aku menulis status di media sosial tentu saja sudah bid'ah karena tidak ada contoh dari Kanjeng Nabi, tetapi aku tidak mau dikatan bid'ah ketika melakukannya. aku tetap saja menulis kalimat-kalimat yang menurut akalku sendiri, menurut pemahamanku sendiri, bahkan menurut tafsirku sendiri itu baik, bermanfaat, berguna, dan benar-benar menunjukkan kesungguhanku dalam meyakini agama yang kuanut sekarang.
sangat mudah aku memberikan penilaian kepada orang lain tentang baik, buruk, dosa, pahala, bahkan tentang surga dan neraka yang jelas-jelas aku belum pernah tahu keberadaan dan kepastiannya.
aku dengan mudahnya menulis, mengatakan, dan menyampaikan bahwa semua hal yang tidak dicontohkan, tidak dikerjakan, dan diberikan petunjuknya oleh Kanjeng Nabi adalah salah, tidak sesuai sunnah, dan segala macamnya.
ketika aku duduk merenung sendiri, memasuki keheningan hatiku, dan akhirnya diijinkan bertemu diriku, berdialog dengan diriku sendiri, aku menjadi bingung. diriku bertanya kepadaku: kapan aku bertemu kanjeng Nabi, kok lantas berani mengatakan bahwa apa yang aku sampaikan 'menurut Nabi'? memangnya aku sudah bertemu, belajar langsung kepada Beliau?
aku terdiam, terus terdiam, dan makin membisu. aku makin menyelam, masuk ke dalam diriku. aku makin kehilangan aku
Allahumma sholli wa sallim wa barik 'ala sayyidina Muhammadiin wa 'ala alihi sayyidina Muhammadiin qodhdho qodkhi lati adrikni ya rosulullah...
Kekasih
O...
Jember, 7 Juni 2016
19.39 wib
19.39 wib
0 komentar