METODE LATIHAN BACA PUISI (II)

16.00.00

LATIHAN BACA PUISI
RAHMAN EL HAKIM*


(lanjutan)

5.             Olah Tubuh
1)             Senam Muka
Muka atau wajah merupakan elemen penting dalam melakukan semua  kegiatan dalam kehidupan. Pada wajah (muka) terdapat mata, hidung, mulut, yang merupakan tiga dari alat indera yang dimiliki manusia.
Mata merupakan indera untuk melihat dan sekaligus dilihat sejauh mana keseriusan seseorang dalam menyampaikan sesuatu. “Mata adalah jendela jiwa” begitu yang disampaikan oleh orang-orang bijak dahulu.
Hidung merupakan alat indera yang berfungsi untuk bernafas. Ketika seorang aktor (pemain film, pemain sinetron, pemain teater, pembaca puisi, pidato, penceramah, dll) mampu mengatur dan bernafas dengan baik maka apa yang diucapkannya akan tersampaikan dengan baik.
Mulut adalah indera yang menentukan pengucapan, pelafalan, intonasi, tempo, nada, dan irama sebuah kata dari seorang manusia kepada audience. Seorang yang mampu melafalkan, mengucapkan sebuah kata yang baik adalah orang yang mampu menggunakan mulutnya sesuai dengan karakter tiap huruf. Dalam ilmu tajwid dikenal sebagai “makhorijul huruf”.


Beberapa latihan yang dapat dilakukan untuk melatih keseluruhan mimic muka yaitu senam muka:
1.      Buka mulut lebar-lebar dan julurkan lidah sepanjang mungkin dengan hitungan 8x hitungan,
2.      Kembungkan mulut dengan hitungan 8x hitungan,
3.      Ciutkan mulut dengan hitungan 8x hitungan,
4.      Pencongkan geraham bawah ke kanan dengan hitungan 8x hitungan,
5.      Pencongkan geraham bawah ke kirit dengan hitungan 8x hitungan,
6.      Gerak-gerakkan geraham ke kanan kiri dengan hitungan 8x hitungan,
7.      Kerutkan dahi ke atas dengan hitungan 8x hitungan,
8.      Kerutkan dahi ke bawah dengan hitungan 8x hitungan,
9.      Lirikkan mata ke kanan setajam mungkin tanpa mengubah arah muka dengan hitungan 8x hitungan,
10.    Lirikkan mata ke kiri setajam mungkin tanpa mengubah arah muka dengan hitungan 8x hitungan,
11.    Gerakkan bola mata ke atas dengan hitungan 8x hitungan,
12.    Gerakkan bola mata ke bawah dengan hitungan 8x hitungan,
13.    Gerakkan bola mata berputar dari arah bawah – kanan – atas – kiri (searah jarum jam) dengan hitungan 8x hitungan,
14.    Buka mulut dan tekuk lidah ke atas sehingga menyentuh langit-langit rongga mulut dengan hitungan 8x hitungan,
15.    Buka mulut dan tekuk lidah ke arah bawah dengan hitungan 8x hitungan,
16.    Basahi bibir dengan lidah searah jarum jam dengan hitungan 8x hitungan,
17.    Gerakkan seluruh unsur wajah (mata, pipi, dahi, mulut, hidung) sehingga membentuk muka paling jelek dengan hitungan 8x hitungan
Ulangi latihan ini sampai mahir dan terbentuk otomatis dalam setiap berbicara maupun menanggapi sebuah pernyataan (kalimat).
2)             Gesture (Pantomimik)
Latihan yang dapat dilakukan diantaranya:
1.      Kuda-kuda
Kuda-kuda merupakan sikap kaki sebagai pondasi bagi tubuh. Seorang actor yang baik akan sangat memperhatikan kuda-kuda dalam menyampaikan kalimat yang diucapkannya. Kuda-kuda yang baik adalah: 1). Kaki dibuka selebar bahu dengan posisi sejajar; 2). Kaki kanan atau Kiri dimajukan satu langkah dengan menumpukan berat badan di titik tengah antara kaki kanan dan kaki kiri.
2.      Small Move (Gerak Kecil)
Small Move atau lebih dikenal Move Kecil adalah bentuk latihan anggota tubuh meliputi tangan dan kaki dengan gerakan-gerakan kecil yang dibatasi oleh bahu. Semua gerakan Move Kecil adalah gerakan-gerakan yang tidak boleh melebihi lebar bahu. Tangan digerakkan selebar bahu dengan lentur dan rileks. Usahakan menggunakan gerak dasar tari untuk mencapai kelenturan dan keindahan gerak. Kaki juga bergerak (berpindah: maju, mundur, bergeser ke samping kanan – kiri) dengan langkah pendek-pendek.
Latihan ini diulang dengan hitungan 2 x 8 hitungan tiap gerakan, kemudian disesuaikan dengan kebutuhan dan pertimbangan pembimbing (pelatih).
3.      Big Move (Gerak Besar)
Big Move atau lebih dikenal dengan Move Besar merupakan gerakan bebas dengan teratur, lentur, dan rileks. Gerakan-gerakan ini meliputi gerak tangan (direntangkan, ke atas, ke bawah) seperti gerak dasar tari perang atau raksasa (buto). Kaki juga digerakkan (pinda) dengan lebar dengan tetap bertumpu pada kuda-kuda yang benar. Berat tubuh diletakkan pada titik tengah antara kaki kanan dan kaki kiri.
Latihan ini diulang dengan hitungan 2 x 8 hitungan tiap gerakan, kemudian disesuaikan dengan kebutuhan dan pertimbangan pembimbing (pelatih).
4.      Latihan Cermin
Latihan Cermin merupakan latihan gabungan dari Move Kecil dan Move Besar dan dilakukan dengan berpasangan. Latihan ini sebaiknya dilakukan dengan mata terpejam (mata ditutup dengan kain penutup mata: selendang, slayer, bandana, hasduk, dll).
Peserta didik (siswa) dibagi menjadi beberapa kelompok secara berpasangan. Satu orang menjadi obyek yang bergerak dan pasangannya menjadi cerminnya.
Latihan ini menuntut konsentrasi, kepekaan rasa, kelenturan, dan saling pengertian antara aktor satu dan pasangannya. Latihan ini dimulai dengan gerakan tangan perlahan tanpa melakukan perpindahan (gerak kaki). Setelah tiap pasangan memiliki pengertian, maka pembimbing (pelatih) meminta tiap pasangan untuk melakukan gerakan sesuai benak masing-masing dengan mengkombinasikan Move Besar dan Move Kecil. Perlu diingat, jika peserta didik lebih dari satu pasang, perintahkan juga tiap pasangan yang bergerak dan berpindah agar tidak saling terbentur atau bertabrakan.
Latihan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan pertimbangan dari pembimbing (pelatih) untuk tiap sesi latihan gerak cermin. Setelah dirasa cukup, maka peserta didik diminta untuk saling berganti posisi. Yang awalnya menjadi obyek, sekarang menjadi cermin. Yang awalnya menjadi cermin sekarang menjadi obyek yang harus diikuti oleh pasangannya sebagai cermin.
6.             Olah Rasa
1)             Moving Meditation
Moving Meditation atau Meditasi Berjalan adalah proses latihan untuk mengasah kepekaan rasa dari seorang pembaca puisi. Caranya adalah:
Siswa diminta untuk membaca puisi atau menghafal naskah puisi yang akan dibacanya kemudian dia berjalan melewati rute yang telah ditentukan oleh pembimbing atau pelatih (rute bisa di area sekolah, persawahan, alun-alun, atau tempat lain yang dianggap cocok). Ketika proses ini, usahakan tanpa menggunakan alas kaki, sehingga kaki langsung bersentuhan dengan tanah, pasir, maupun rumput yang ada di bawah telapak kaki.
Sambil berjalan menikmati apa yang dipijak oleh telapak kaki, semua alat indera dimaksimalkan fungsinya. Telinga digunakan untuk mendengarkan seluruh suara yang masuk mulai dari suara yang paling rendah sampai suara yang paling tinggi. Mata mengamati seluruh keadaan dari sejak titik start sampai garis finish semua hal, benda, warna, situasi, dan kondisi yang dia temukan ketika berjalan.
Latihan ini diharapkan tanpa mengeluarkan suara agar fokus siswa lebih bisa terjaga.
2)             Hening Cipta
Latihan ini bisa dilakukan dengan cara duduk bersila, telentang, maupun berdiri. Pembimbing menuntun dan mengarahkan siswa untuk memulai latihan dengan tahapan-tahapan:
1. Duduk bersila dengan tubuh tegak (tidak boleh dibungkukkan). Jika bisa membentuk posisi teratai dengan kaki kanan berada di atas kaki kiri. Kedua tangan berada di paha atau ujung jari menyentuh lantai.
2.  Memilih satu titik tertentu sebagai pusat pandangan
3. Mengatur nafas dengan rileks. Menghirup udara melalui hidung dan dikeluarkan juga  melalui hidung,
4. Ketika sudah dianggap siap, siswa diminta untuk memejamkan mata dengan tetap mempertahankan titik pusat pandangan.
5.  Siswa diminta untuk merasakan nafasnya sendiri, mendengarkan suara nafasnya sendiri.
6.  Kemudian, siswa dibimbing untuk menghirup nafas dengan cara yang baik (pernafasan perut atau pernafasan diafragma).
7.  Pembimbing mengarahkan seluruh keinginan, pikiran, dan imajinasi siswa untuk membayangkan isi pusi yang telah dibedah.
8.  Ketika dirasa sudah cukup, pembimbing meminta siswa menghirup nafas dengan panjang dan perlahan-lahan, dikumpulkan di dada, kemudian dikeluarkan dalam bentuk teriakan yang sekeras-kerasnya.
9. Siswa dibimbing untuk membuka matanya perlahan-lahan
3)             Konsentrasi
Latihan konsentrasi dapat dilaksanakan di dalam ruangan maupun di tempat terbuka yang sesuai. Caranya adalah:
1. Duduk bersila dengan posisi teratai, tubuh ditegakkan.
2.  Atur nafas dengan perlahan dan santai. Hirup nafas dari hidung dan keluarkan perlahan dari hidung.
3. Pilih dan tentukan titik pandang terjauh dan kemudian pejamkan mata dengan perlahan.
4.  Nafas terus di atur dan diarahkan dengan menghirup dan mengeluarkannya melalui hidung.
5. Titik pandang terjauh yang telah dipilih dan ditetapkan oleh masing-masing siswa harus terus dipertahankan ketika mata telah terpejam.
6. Pembimbing mengarahkan dan menuntun siswa dengan perkataan yang memberikan efek imajiner kepada siswa. Pertama-tama siswa diarahkan untuk membayangkan sebuah titik merah di dalam imajinasinya, setelah itu titik merah tersebut terus membesar menjadi cahaya yang melingkupi (menyelubungi) seluruh tubuh siswa. Cahaya merah tersebut semakin pekat dan semakin gelap dan perlahan-lahan berubah menjadi warna hitam. Kemudian dari dalam cahaya hitam tersebut muncul sebuah titik cahaya putih yang terang benderang. Cahaya putih tersebut semakin mendekat dan menjadi cahaya yang mendominasi seluruh warna yang ada. Dari tengah-tengah cahaya putih tersebut kemudian muncul sebuah pentas yang sangat luas dan lebar, di mana tidak ada seorangpun berada di atasnya.
7. Siswa kemudian diminta untuk mengamati suasana dan kondisi pentas tersebut, lalu siswa diminta untuk membaca teks puisi yang telah dipilihnya di atas pentas tersebut. Minta siswa untuk mengimajinasikan seluruh gaya dan penampilan yang muncul di dalam benaknya ketika di atas pentas tersebut.
8.  Setelah selesai, siswa diminta untuk membayangkan wajahnya sendiri dengan detil untuk kemudian mengucapkan salam dan menyapa dirinya sendiri.
9.  Pembimbing meminta siswa untuk menghirup nafas panjang dan mengeluarkannya dalam bentuk teriakan paling keras.
10.  Pembimbing meminta siswa membuka mata dengan perlahan-lahan.
7.             Membaca Cepat
Pada latihan ini, siswa diminta untuk membaca teks puisi dengan cepat tanpa nada, tempo, intonasi, maupun irama. Hal ini bertujuan untuk mengubah kebiasaan siswa dalam membaca sebuah teks bacaan.
Siswa diminta untuk membaca bait per bait dalam satu tarikan nafas . setelah itu, siswa diminta untuk membaca teks puisi secara keseluruhan dalam satu tarikan nafas.
Ketika siswa masih belum terbiasa, maka pembimbing harus memberikan pengarahan tentang pemanfaatan olah nafas yang sudah dilakukan dan dibiasakan oleh siswa pada latihan sebelumnya.
Latihan membaca cepat ini kemudian dilanjutkan dengan pembimbing memberi petunjuk: satu kali tepukan berarti siswa membaca teks puisi dengan cepat, dua kali tepukan berarti tambah cepat, tiga kali tepukan berarti sangat cepat.
Selain bertujuan untuk mengubah dan menanamkan karakter membaca puisi yang baik, latihan ini juga bertujuan untuk melatih keonsentrasi siswa serta cara melafalkan kata per kata dari teks puisi.
8.             Membaca Lambat
Cara berlatihnya hampir sama dengan latihan membaca cepat, tetapi penekanannya kepada kelambatan membaca teks puisi. Hal ini bertujuan untuk melatih control emosi dari seorang pembaca puisi ketika sedang perform di atas pentas.
Satu kali tepukan berarti siswa diminta untuk membaca teks dengan lambat bait per bait puisi. Dua kali tepukan berarti siswa membaca teks puisi dengan lambat baris per baris puisi. Tiga kali tepukan berarti siswa membaca lambat kata per kata dari teks puisi.
9.             Kesadaran Pentas
Kesadaran pentas adalah sebuah pemahaman bahwa seorang aktor (pembaca puisi, pemateri pidato, penceramah, pemain teater, penyanyi, dll) ketika berada di atas pentas memiliki tujuan untuk menyampaikan sesuatu kepada audience (penonton dan Dewan Juri). Hal ini akan memberikan petunjuk kepada seorang aktor bahwa audience adalah manusia, maka manusiakanlah mereka. Ada bagian-bagian di mana seorang aktor mengadakan sebuah interaksi dengan audience baik berupa kontak mata, gesture tubuh, maupun dialog langsung.
Kesadaran pentas juga meliputi tentang pemahaman pentas sebagai ruang ekspresi tanpa membuat pementasan atau penampilannya berlebihan (over acting) maupun kurang maksimal (under acting).
Pentas merupakan sebuah tempat (ruang kelas, aula, stage permanen, proscenium, dll) untuk melakukan dan melaksanakan pementasan. Pentas secara garis besar dibagi menjadi sembilan kotak imajener, meliputi:
Kiri Belakang
Tengah Belakang
Kanan Belakang
Kiri Tengah
Tengah Tengah
Kanan Tengah
Kiri Depan
Tengah Depan
Kanan Depan

Posisi seorang aktor (teater/drama, pidato, baca puisi) yang paling kuat ketika berada di Tengah-tengah. Hal ini dikarenakan aktor memiliki jarak yang sama ke semua arah di atas pentas, dan juga menjadi pusat dari titik pandang pentas.
10.         Perform
Perform atau penampilan merupakan puncak dari seorang pembaca puisi dalam mempraktikkan dan memperlihatkan hasil dari proses latihan yang telah dilakukannya. Seorang pembaca puisi yang baik akan mempersiapkan mental dan semangatnya dengan baik karena dia telah memiliki keyakinan bahwa latihan yang telah dilakukannya akan memberikan hasil yang baik.
Pembacaan puisi sebagai sebuah pertunjukan memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembaca puisi, yaitu:
1.             Sikap ketika memasuki pentas. Ketika seorang pembaca puisi melangkahkan kaki satu langkah di atas pentas, maka dari titik itulah dia sudah harus fokus dan konsentrasi dengan segala hal.
2.             Senyum dan anggukan kepala kepada semua audience dilakukan tidak berlebihan. Hal ini sebagai titik awal untuk menjadikan dirinya (pembaca puisi) menjadi titik pusat perhatian dari audience.
3.             Pembacaan puisi tanpa harus dimulai dengan salam. Pembaca puisi langsung mengambil tempat di tengah-tengah pentas atau di depan mikrofon yang disediakan.
4.             Pembacaan judul merupakan hal penting yang harus dilakukan dengan baik. Judul tidak dibaca dengan ekspresi yang berlebihan. Judul dibaca dengan nada yang rileks dengan suara lantang.
5.             Pemberian jeda (waktu) sebelum membaca isi puisi. Hal ini bertujuan agar audience dapat memahami dan berimajinasi dengan judul puisi yang telah dibaca.
6.             Gesture tangan boleh saja, tetapi tidak berlebihan.
7.             Moving (perpidahan/gerak) seorang pembaca puisi harus mendukung kepada isi puisi. Ketika akan melakukan moving, ada dua aturan yang dapat dipergunakan, yaitu: 1). Berpindah terlebh dahulu kemudian membaca; 2). Membaca terlebih dahulu baru kemudian berpindah.
Moving dalam pembacaan puisi sebaiknya hanya dilakukan ke samping kanan – kiri maupun ke depan tidak lebih dari tiga langkah.
8.             Teks puisi sebagai sebuah property harus dipergunakan dan ditempatkan secara artistik tanpa mengganggu pembacaan puisi. Teks puisi yang paling baik ditempatkan tidak tepat di depan muka sehingga menutupi muka, tetapi teks ditempatkan di sebalah kanan atau kiri bawah maupun atas sehingga wajah pembaca puisi kelihatan dengan jelas dari arah penonton.
Ada perbedaan mendasar antara Baca Puisi, Deklamasi, Teaterikal/Dramatikalisasi Puisi, dan Musikalisasi Puisi. Sangat sering dijumpai ketika membaca puisi, seorang pembaca puisi tidak membawa teks. Hal ini kurang tepat, karena “membaca” maka harus ada teks yang dibaca.
Selain itu gerakan yang berlebihan, baik gerak tangan maupun perpindahan, akan menyebabkan isi puisi menjadi berkurang keindahannya. Ketika gerakan tersebut berlebihan, maka sudah tidak termasuk pada pembacaan puisi tetapi masuk kepada Teaterikal/Dramatikalisasi Puisi.

Puisi merupakan puncak estetika dari karya sastra. Sebuah puisi dapat memberikan efek dan pengaruh yang sangat besar kepada para pendengar, penonton, dan penghayatnya ketika dibacakan dengan baik dan benar, dengan estetikan dan kedalaman rasa dari pembaca puisi.


Jember, 15 Januari 2015
04.45 WIB

Di sampaikan sebagai materi
Terminal Sastra Kabupaten Mojokerto 2015

jarak itu memangkas seluruh hasrat
siapa menyeduh duka samsara
cinta dalam dada



DAFTAR PUSTAKA


Rendra; 1984; Mempertimbangkan Tradisi; Gramedia
Rachmad Djoko Pradopo; 1984; Pengkajian Puisi; UGAMA Press
Aming Aminuddin; Workshop Penulisan dan Pembacaan Puisi; Kota Malang 2014
Tengsoe Tjahjono; Teknik Membaca Puisi Bagi Pelajar; Unesa Press
Akhudiat; Melatih Keaktoran Melalui Baca Puisi; Kota Malang 2014

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook